Selasa, 21 November 2023 15:39 WIB
PanganNews.id Jakarta, - Oleh: Drh. M. Chairul Arifin (Pemerhati Sektor Pertanian Nasional dan Internasional)
SEPANJANG 2023 INI pertumbuhan perekonomian global telah diproyeksikan melambat, sementara itu menurut laporan IMF World Economic Outlok October 2023 sebagaimana dikutip oleh BPS (2023) pertumbuhan ekonomi negara berkembang diproyeksikan tumbuh di atas pertumbuhan global dan negara maju.
Pada 2023 ekonomi global hanya tumbuh 3,5 persen dan negara maju 2,6 persen, sedangkan negara berkembang mampu tumbuh 4,1 persen. Pelambatan perekonomian global adalah merupakan akibat El Nino, perang Urkraina dan Rusia dan terakhir serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober lalu serta pengaruh perubahan iklim dan pemanasan global.
Pengaruh pada Pertanian Indonesia
Keadaan tersebut di atas sangat berpengaruh pada sektor pertanian Indonesia yang sedikit banyak terpengaruh dari situasi global. Pertumbuhan Indonesia juga terpengaruh dan ikut melambat 4,94 persen selama triwulan III (year on year/y-o-y), dimana sektor pertanian dilaporkan oleh BPS (2023) selama 10 tahun terakhir melambat terus yang semula 4 persen pada 2012 selanjutnya turun menjadi 3 – 4 persen. Kemudian turun terus menjadi 2 – 3 persen dan terakhir pada 2022 menjadi 1,95 persen yang turun lagi pada tri wulan ketiga 2023 menjadi 1,46 persen
Penurunan pertumbuhan sektor pertanian ini selain dampak global juga pertanian kita belum mampu meningkatkan produksi untuk memenuhi tingkat konsumsi akibat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Akibatnya arus deras impor produk pertanian kita, seperti beras, jagung, kedelai, daging sapi, bawang putih, gula, dan garam meningkat terus.
Pertumbuhan Beberapa Subsektor
Pertumbuhan subsektor selama triwulan ketiga tahun ini ditunjukkan dari sektor pertanian dalam arti luas yang turun dari 1,95 persen menjadi 1,46 persen (y-o-y) . Penurunan ini nampak dari sub sektor tanaman pangan masih turun dari -5,41 persen ke – 1,47 persen. Hortikultura anjlok dari 5,92 persen ke 3,41 persen, sedangkan perkebunan lebih melorot lagi, yaitu dari 2,35 persen ke -1,10 persen. Untuk peternakan dan kesehatan hewan jauh menurun dari 6,19 persen ke 2,66 persen.
Gambaran ini menunjukkan bahwa selama triwulan ketiga (y-o-y) sub sektor menurun semua. Penurunan tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh El Nino, perubahan iklim yang berpengaruh kepada produksi padi, jagung dan kedelai. Demikian juga untuk hortikultura peningkatan produksinya terganggu oleh perubahan iklim yang ekstrim. Perkebunan yang menjadi primadona ekspor terganggu karena harga kelapa sawit dan karet turun di tingkat global. Peternakan dan kesehatan hewan yang dimotori oleh peternakan unggas ras terpengaruh karena kenaikan harga pakan dan bahan baku pakan terutama jagung.
Langkah Strategis
Untuk itu diperlukan langkah strategis penanggulangan keadaan ini, selain tetap menggenjot produksi juga patut mempertimbangkan strategi diversifikasi yang masih jalan di tempat untuk mengurangi gelombang impor, tetapi diversifikasi yang berbasiskan komoditi lokal. Tidak seperti sekarang malah impor gandum. Memang langkah ini membutuhkan waktu.
Demikian sekilas yang sedikit memberikan gambaran cukup penurunan pertumbuhan pertanian Indonesia pada triwulan ketiga ditengah arus geo ekonomi dan politik internasional, dampak El Nino yang berpengaruh kepada kelancaran arus supply chain komoditi pertanian di tingkat global dan saat menjelang pemilu.(*/adv)
13 jam yang lalu
Senin, 09 September 2024 12:16 WIB
Senin, 09 September 2024 08:01 WIB
You must login to comment...
Be the first comment...